PROFIL

Foto saya
Sidoarjo / mood city, east java, Indonesia
Irwan Prasetiya "You Are What You Think"

Halaman Persebaya

Kamis, 06 Mei 2010

SEJARAH “BONEK”





Surabaya Persebaya (Persatuan Sepakbola Surabaya) adalah sebuah tim sepak bola Indonesia yang berlokasi di Surabaya, Jawa Timur. Pada tahun 2006, Persebaya bermain di Divisi Satu Liga Indonesia dan sekarang kembali ke liga teratas dari Liga Indonesia.


Para pendukung Persebaya dikenal sebagai Bonek (Bondo Nekat). Mereka dikenal dengan cara eksentrik mendukung Persebaya. Mereka biasanya pergi dengan kereta api dengan anggaran kecil untuk menuju Homebase lawan. Hal besar dari Bonek adalah kesetiaan mereka kepada Persebaya. Mereka selalu tinggal dan mendukung Persebaya dengan menyebabkan segala macam kerusuhan dan perkelahian dengan tim lawan ‘pendukung.


Istilah Bonek, akronim bahasa Jawa dari Bondho Nekat (modal nekat), biasanya ditujukan kepada sekelompok pendukung atau suporter kesebelasan Persebaya Surabaya, walaupun ada nama kelompok resmi pendukung kesebelasan ini yaitu Yayasan Suporter Surabaya (YSS).
Istilah Bonek muncul secara tiba-tiba dan besar juga karena media massa yang awalnya bagus yang lambat laun justru mengalami pergeseran pengertian dan akhirnya lebih berkonotasi negatif. Masih ingat gimana dulu Jawa Pos dengan koordinator langsung Cak Dahlan Iskan pernah memberangkatkan ratusan bus, puluhan gerbong KA dan pesawat terbang menuju Jakarta. Tret..tret.. tetttt... begitulah tema yg usung Jawa Pos tahun 1988-an. Dan sebutan populer untuk suporter persebaya waktu itu adalah 'Green Force'. Antusias bukan hanya dari surabaya saja, tetapi juga datang dari kota-kota besar di Jawa Timur. Bahkan dalam suatu kolom di Jawa Pos selama 7 hari berturut2 ada komentar & kesan-kesan dari para peserta Tret tret tett yg tertulis dengan foto para peserta lengkap dengan alamatnya. Begitu antusiasnya jawa pos sampai dalam head line news tertulis "Hijaukan senayan" dan sambuatn masyarakat surabaya dan jawatimur pun luar biasa. Dalam ceritanya ada yg sampai menggadaikan motornya, menjual TV, Tape, perhiasan istrinya dan peralatan rumah tangga lainnya, yg muda2 banyak yg harus mengamen dulu pokoknya harus bisa ke senayan !!. Modal Tekad itulah semangat untuk meng-hijaukan senayan begitu menggebu. Sementara yg punya duit pas-pasan masih ada cara lain yaitu 'menggandol' truk secara estafet mulai dari Surabaya - Jakarta sambil mengamen di jalanan. Bahkan ada juga yg berangkat jauh2 hari sebelum pertandingan final (padahal persebaya belum tentu masuk final) dengan menumpang gerbong kereta pertamina yg jalannya kayak keong itu... pokoknya sampe Jakarta. Semangat yang positif dan antusiasme tanpa ada ANARKISME dan KERUSUHAN dengan melibatkan massa banyak itulah yg mendapatkan acungan jempol banyak kalangan di Indonesia saat itu. Sebagai catatan senayan ketika itu dijejali 110 Ribu penonton dari Surabaya dan Bandung !! Suporter Persebaya sendiri sekitar 40% nya (masih kalah banyak dengan bandung yg memang jaraknya lebih dekat). Suatu rekor jumlah penonton yg barangkali sampai saat ini belum terpecahkan. Belum lagi semangat heroik dari beberapa suporter persebaya yg memanjat dan merayap sampai ATAP bangunan senayan yg berbentuk lingkaran itu hanya untuk membentangkan spanduk super raksasa warna hijau tulisan putih yg bertuliskan "Merah Darahku Putih Tulangku Bersatu Dalam Semangatku". Nah Semangat itulah dengan berbagai cara yg HALAL untuk datang mendukung persebaya ke senayan membuat beberapa media massa, terutama JAPOS sebagai pelopornya mulai mengistilahkan BONEK (Bondo Nekad), dalam as** tulisan mereka bahwa semangat hidup dan semangat untuk maju manusia perlu punya modal tekad yg kuat. Modal tekad atau Bondo Nekad atau Bonek sejatinya tidak seperti yg ditunjukkan oleh generasi bonek-bonek saat ini yg justru cenderung brutal, nekad dalam arti menghalalkan segala cara adalah bukan Bonek yang sesungguhnya. Sebetulnya kesalahan juga dari para bonek sebelumnya yg tidak meninggalkan warisan bonek yg sebenarnya, juga media massa yg kadang ikut mengompori dan bahkan seakan-akan ikut membenarkan. Bahkan kerusuhan bonek sudah menjadi semacam rejeki buat mereka, karena berita tentang Bonek tentunya akan meningkatkan oplah surat kabar mereka. Salah kaprah lainnya adalah istilah Modal Tekad dan Modal Nekad sebetulnya serupa tapi tak sama. Tekad lebih ke semangat untuk melakukan tindakan sedangkan nekad lebih ke tindakan yg dilakukannya. Seharusnya bukan Bondo Nekad tetapi Bondo Tekad... tetapi untuk kemudahan pengucapan lebih cenderung Bondo Nekad alias Bonek.


Semoga kelak suporter persebaya bisa lebih baik lagi. Urusan semangat dan tekad jangan dihilangkan. Yang patut kita perbaiki adalah bagaimana kita bisa melakukan takad ke arah tindakan yg positif dengan organisasi yg lebih rapi dan terkoordinir. Untuk urusan tekad dan nekad.... nggak usah di ragukan arek suroboyo nomer siji. Tapi Untuk urusan organisasi yg terkoordinir kita perlu belajar dari suporter lain. Ibaratnya kita saat ini merasakan getahnya, kalau roda berputar posisi kita saat ini berada di paling bawah. Tapi insya Allah, saatnya Bonek ada di atas bukan karena kebrutalannya tapi semangat terorganisasi dan tekad ala Arek Suroboyo yg harus dikedepankan !!
video


Rabu, 05 Mei 2010

Perwakilan AFC Sidak SSC

Kunjungan lima utusan dari AFC (Asian Football Confederation) mendapat sambutan positif dari manajemen Bajul Ijo. Bahkan Ketua Harian Persebaya, Cholid Ghoromah optimistis kunjungan ini bakal jadi penilaian baik tidaknya kompetisi Indonesia Super League.

“Setidaknya, orang AFC yang datang kesini bisa tahu persis sejauh mana perkembangan sepakbola di Indonesia. Jadi tidak sekedar hanya tahu dari laporan PT Liga Indonesia atau PSSI saja,” beber Cholid usai mendampingi perwakilan AFC di Mess Persebaya, Senin (3/5).

Disinggung kesiapan Persebaya sendiri akan lima aspek yang jadi penilaian layak tidaknya suatu tim berkompetisi di ISL, Cholid tetap yakin di tahun 2011, semua aspek yang jadi syarat sudah terwujud. Termasuk aspek infrastruktur dan legal yang dalam penilaian tim verifikasi PT LI tahun lalu, mendapat sorotan.

“Seperti infrastruktur. Home base Persebaya nantinya bukan di Gelora 10 November tapi sudah pindah ke Gelora Bung Tomo (SSC-Surabaya Sport Center, red) yang Insya Allah Juni nanti diresmikan penggunaannya. Begitu juga dengan aspek legal, tinggal menunggu pengesahan dari Depratemen Hukum dan HAM,” terang pria yang juga menjadi manajer teknik di Persebaya tersebut.

Tak heran, usai meninjau Gelora 10 November perwakilan AFC yang didampingi dua tim dari PT LI, Llano Mahardika dan Aswan Karim langsung menuju Gelora Bung Tomo. Sayangnya, Llano yang juga berbicara dengan pimpro SSC menilai secara fisik memang bisa dipakai. Tapi, sarana penunjang seperti akses jalan dan area parkir masih belum kelar tahun ini.

Menurut Sekum Persebaya Drs H Akhmad Munir, perwakilan AFC memulai kunjungan sejak Sabtu (1/5) kemarin. Sebelum berkunjung ke Surabaya, mereka juga telah mengunjungi Persitara, Persija dan Persib Bandung. “Setelah ke Jakarta dan Bandung, perwakilan AFC dan PT Liga kemudian berkunjung ke Persebaya,” katanya.

Persebaya merupakan tim ISL asal Jatim yang pertama kali dikunjungi. Selanjutnya, rombongan menuju Lamongan sebagai home base Persela. Keesokan harinya, berturut-turut, Malang dan Kediri jadi tujuan.

Hasil penilaian AFC sendiri tidak langsung diberikan. Tapi PT LI sebagai pelaksana kompetisi ISL dan Divisi Utama di Indonesia akan menerima penilaian kelayakan tersebut. ”Biar PT LI yang menerima penilaian dari AFC. Kita hanya menunjukkan kesiapan Surabaya untuk menjadi venue dari Persebaya. Termasuk dukungan infrastruktur yang saya nilai jauh lebih baik dari beberapa tim ISL lainnya,” pungkas Cholid. pfc